Jangan Meninggalkan Sejarah, Ini Pesan 10 Pahlawan Nasional bagi Pemuda Indonesia

Naga303 – Memperingati Hari Pahlawan pada 10 November 2021, Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) merangkum 10 pesan pahlawan mulai dari Ir Soekarno hingga R.A. Kartini.

Ir Soekarno

Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno terkenal dengan pesannya terkait pemuda yang menjadi harapan bangsa sebagai berikut:

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya,” kata Soekarno dalam pidato Hari Pahlawan 10 November 1961.

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka,” pidato HUT Proklamasi 1963.

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”

Dokter Cipto Mangunkusumo

Dokter Cipto Mangunkusumo adalah salah satu pahlawan nasional yang berprofesi sebagai dokter dan namanya diabadikan di sebuah rumah sakit di Jakarta, ia sempat berpesan:

“Hari kemudian dari pada tanah kita dan rakyat kita terletak dalam hari sekarang, hari sekarang itu ialah kamu, hari Generasi Muda!”

Pattimura

“Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit.”

Pesan ini disampaikan pada saat ia akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817.

Tjut Nyak Dien

Pahlawan perempuan asal Aceh dan diasingkan di Sumedang, Jawa Barat hingga wafat dan dimakamkan di sana pernah menyampaikan:

“Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan.”

Abdul Muis

Pahlawan Nasional Abdul Muis sempat menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi. Ketika ia melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil Sarekat Islam (SI), ia berpesan:

“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika memang mau berjuang.”

Moh. Hatta

Wakil Presiden RI pertama pernah berkata:

“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita.”

“Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekadar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi.”

Bung Tomo

Bung Tomo dalam pidatonya di radio saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945 menyatakan:

“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga.”

Pidato lainnya melalui Radio Pemberontakan:

“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”.

Silas Papare

Silas Papare dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangkan Irian Barat atau Papua agar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia sempat berkata:

“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku.”

I Gusti Ngurah Rai

Pahlawan Nasional Bali, I Gusti Ngurah Rai sempat berkirim surat kepada Letnan Kolonel Termeulen yang isinya seperti tersalin dalam Bali Berjuang:

“Kami sanggup dan berjanji bertempur terus hingga cita-cita tercapai.”

R.A Kartini

Pahlawan pejuang hak perempuan R.A Kartini sempat menyampaikan:

“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tidak dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘Aku mau!’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”