Etika Batuk dan Bersin yang Benar
— Masker saat ini jadi barang langka. Panic buying membuat masyarakat banyak yang memborong masker meski tidak sakit ataupun berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Erlina Burhan, dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, mengatakan masker diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan orang sakit.
“Pakai masker hanya bila batuk, kalau tidak ada masker lakukan etika batuk,” kata Erlina dalam konferensi pers di gedung BNPB, Jakarta, Rabu (1/4).
Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, yang dimaksud etika batuk atau bersin adalah tata cara batuk atau bersin yang baik dan benar. Ini bertujuan mencegah penyebaran penyakit secara luas lewat udara bebas dan menghindari rasa tidak nyaman orang sekitar.
Etika batuk atau bersin yang sebaiknya dilakukan sebagai berikut.
Tutup hidung dan mulut Anda menggunakan tisu atau sapu tangan saat batuk atau bersin. Droplet atau cairan dari batuk dan bersin tidak akan menyebar ke udara bebas atau ke orang di dekat Anda.
Jika tak ada tisu atau sapu tangan maka tutup batuk dan bersin dengan lengan dalam baju (dekat ketiak). Jangan menutup dengan jari-jari tangan, apalagi jika tak segera cuci tangan dengan sabun.
Tisu yang sudah terpakai untuk batuk atau bersin sebaiknya segera dibuang ke tempat sampah. Sedangkan sapu tangan sebaiknya dicuci bersih.
Setelah itu, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak memungkinkan, Anda bisa menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol paling tidak 70 persen.
Sebenarnya penggunaan masker jadi opsi pertama saat Anda mengalami batuk dan bersin. Saat masker langka, masker kain atau masker reusable dengan filter udara bisa jadi pilihan. Erlina mengatakan masyarakat yang kesulitan memperoleh masker bedah bisa menggunakan masker kain.
“Masker harus menutupi hidung dan mulut. Kalau bisa sampai bawah dagu dan bagian atas masker ditekan mengikuti bentuk hidung,” jelas dia.
Dia pun mengingatkan saat melepas masker, tangan hanya memegang bagian tali. Setelah melepas masker, tetap cuci tangan.