Kematian George Floyd Tuai Kecaman, PBB Minta Otoritas AS Serius Cegah Rasisme

 Pada Kamis 28 Mei 2020, Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet mengecam kematian seorang pria kulit hitam di tangan polisi, dan mendesak pemerintah AS untuk mengambil “tindakan serius” guna menghentikan pembunuhan orang Afrika-Amerika yang tidak bersenjata.

Seorang pekerja restoran berusia 46 tahun pada Senin 25 Mei, George Floyd diborgol dan ditiarapkan di jalanan oleh petugas polisi di luar sebuah toko. 

Keempat polisi yang terlibat dalam insiden tersebut dilaporkan telah dipecat dan sedang menunggu penyelidikan.

Michelle Bachelet mengatakan “Ini adalah yang terbaru dari serangkaian pembunuhan orang-orang Afrika-Amerika yang tidak bersenjata oleh petugas kepolisian AS dan anggota masyarakat,” seperti dikutip dari DW, Jumat (29/5/2020).

Otoritas AS Diminta Mengambil Tindakan Serius

Otoritas AS harus mengambil tindakan serius untuk menghentikan pembunuhan seperti itu, dan untuk memastikan keadilan dilakukan ketika mereka benar-benar terjadi, kata Michelle Bachelet.

Ia juga menyampaikan bahwa prosedur harus berubah, sistem pencegahan harus diberlakukan, dan di atas semua petugas polisi yang menggunakan penggunaan kekuatan berlebihan harus didakwa dan dihukum karena kejahatan yang dilakukan.

“Peran yang dimainkan dan menyebar luas dalam diskriminasi rasial dalam kematian seperti itu juga harus diperiksa, diakui, dan ditangani dengan baik,” tambahnya. 

Kematian George Floyd telah menyebabkan kemarahan nasional yang meningkat di media sosial dan di jalanan AS, menurut laporan. 

Selama dua hari berturut-turut, dilaporkan terjadi protes di Minneapolis termasuk beberapa penjarahan dan kebakaran, dengan polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.

Erica MacDonald, Pengacara AS untuk Minnesota, mengatakan dalam pernyataan bersama dengan pejabat FBI yang bertanggung jawab Rainer Drolshagen bahwa penyelidikan atas kasus tersebut sekarang menjadi “prioritas utama.”