Wabah Virus Corona Wuhan China, Seberapa Besar Ancamannya ke Indonesia?

Sebuah virus misterius yang menyebabkan masalah paru-paru atau penumonia merebak di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok sejak Desember 2019. Peneliti mengidentifikasi virus tersebut sebagai Virus Corona jenis baru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamainya Novel Coronavirus dengan kode 2019-nCoV. 

Tercatat 2019-nCoV telah menginfeksi 571 orang dan menyebabkan 17 kematian, mengutip laman Channelnewsasia, Virus serupa penyebab SARS ini telah menyebar ke kota-kota besar Tiongkok seperti Beijing, Shanghai, Chongqing serta provinsi lain Negara Tirai Bambu. Bahkan, Virus Corona yang mengganggu pernapasan hingga menyebabkan pneumonia ini pun juga dikabarkan telah sampai ke beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Thailand, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Sejak pemberitaan mengenai Virus Corona Wuhan menyeruak, muncul pula beberapa informasi dugaan virus tersebut telah menginfeksi warga Indonesia. Pekan lalu, salah seorang pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) meninggal dunia, diduga ia terjangkit virus 2019-nCoV usai berkunjung ke Thailand. Akibatnya, dua lantai dari kantor pusat BPK disterilkan.

Dugaan Virus Corona telah masuk ke Indonesia kembali muncul ketika seorang karyawan Huawei dikabarkan mengalami demam, Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit. Pihak Huawei mengungkap, karyawan tersebut memang berasal dari Tiongkok dan tengah berkunjung ke kantor mereka di Gedung BRI, Jakarta.

Pihak BRI pun lalu melakukan investigasi dan langkah preventif antisipasi Virus Corona di lingkungan kantor tersebut. Salah satunya dengan memisahkan lift khusus untuk karyawan Huawei di lantai 11, 17, 18, 19, 20, 22, 26, dan 27. Mereka juga membagikan masker bagi seluruh pekerja Kantor Pusat Bank BRI. 

Menanggapi kabar tersebut, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pun segera menyempatkan diri berkunjung ke Gedung BRI. Ia melakukan tinjauan langsung guna memastikan kebenaran info tersebut.

Hasil diagnosis terhadap karyawan Huawei asal Tiongkok itu menunjukkan tidak ada indikasi Virus Corona Wuhan, melainkan hanya sakit tenggorokan


Belum Terdeteksi di Indonesia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menegaskan bahwa Virus Corona penyebab pneumonia di Tiongkok belum dideteksi di Indonesia.

“Belum. Sampai hari ini belum ada. Sampai hari ini Indonesia belum ada Novel Coronavirus yang masuk ke Indonesia,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu

Wiendra mengatakan, Kemenkes juga belum mendapatkan laporan apakah ada warga negara Indonesia (WNI) di Tiongkok yang terinfeksi Virus Corona tersebut.

“Kalau WNI, yang di luar belum ada. Biasanya KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), kalau ada, akan mengumumkan bahwa ada orang Indonesia yang kena,” kata Wiendra dalam konferensi pers di gedung Kemenkes.

Terkait penularan, peneliti Tiongkok beberapa waktu lalu telah menyatakan adanya penularan manusia ke manusia. Namun, Kemenkes memilih untuk menunggu pernyataan resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Kita tidak bisa mengatakan itu apabila bukan statement yang dikeluarkan oleh WHO. Kalau WHO sudah mengeluarkan statement, berarti penyakit ini dianggap sebagai public health emergency of international concern,” kata Wiendra.

Dia juga menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu resah terkait kasus tersebut. Menurutnya, yang menimbulkan kecemasan adalah karena adanya penerbangan langsung dari Tiongkok ke Indonesia.

“Mari kita mengajak masyarakat supaya tidak perlu resah, hidup sehat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat, cuci tangan pakai sabun 20 detik, kemudian makanlah yang bergizi, kemudian istirahat yang cukup, itu yang lebih menenangkan masyarakat,” kata Wiendra dalam pemaparannya.

Belum Ada Vaksin untuk Virus Corona Wuhan

Hingga saat ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih melakukan penelitian terkait strain baru Virus Corona. Dan karena merupakan temuan baru, belum ada vaksin khusus untuk mencegah paparan virus Corona 2019-nCoV. Hal tersebut diungkap oleh dokter spesialis paru yang juga merupakan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Persatuan Dokter Paru Indonesia, Erlina Burhan. 

Erlina menyebut, memang ada vaksin pneumonia di Indonesia. Namun, jenisnya hanya untuk pneumokokus dan hib atau Haemophilus influenza type B.

“Sekarang apakah vaksin itu bisa untuk mencegah pneumonia Wuhan? Tentu saja tidak,” kata Erlina dalam konferensi pers di kantor Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

“Vaksin itu kan membuat seseorang punya imunitas terhadap kuman atau virus tertentu. Sekarang kalau suatu produk hanya dikhususkan untuk pneumokokus contohnya, maka dia hanya memberikan kekebalan terhadap pneumokokus. Kalau buat yang lain ya tidak,” kata Erlina.

Menurut PDPI, setidaknya ada tiga vaksin untuk pneumonia yang beredar.

Pertama adalah vaksin PCV3 yang memberikan kekebalan terhadap 13 strain bakteri Streptococcus Pneumoniae. Mereka menyebabkan pneumokokus pada masa manusia. Vaksin ini memberikan masa perlindungan sekitar tiga tahun. Biasanya diberikan pada bayi dan anak di bawah dua tahun.

Kedua adalah vaksin PPSV23 yang melindungi dari 23 strain bakteri pneumokokus. Produk ini ditujukan untuk kelompok usia yang lebih dewasa seperti di atas 65 tahun, atau dari dua sampai 64 tahun dengan kondisi khusus. 

Diduga Berasal dari Ular 

Ular weling dan kobra China diduga sebagai inang dari Virus Corona 2019-nCoV. Ular weling atau Bungarus Multicinctus adalah spesies ular elapid yang sangat berbisa. Reptil ini umumnya ditemukan di sebagian besar China tengah dan selatan, serta Asia Tenggara.

Penyakit akibat Virus Corona ini pertama kali dilaporkan pada akhir Desember 2019 di Wuhan menyebar dengan cepat. Sejak itu, para pelancong yang sakit dari Wuhan telah menginfeksi orang-orang di China dan negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat.

Dengan menggunakan sampel virus yang diisolasi dari pasien, para ilmuwan di China telah menentukan kode genetik virus dan menggunakan mikroskop untuk memotretnya. Patogen yang bertanggung jawab atas pandemi ini adalah Virus Corona baru.

Virus ini ada dalam keluarga virus yang sama dengan Coronavirus sindrom pernafasan akut parah yang terkenal (SARS-CoV) dan Coronavirus sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV), yang telah menewaskan ratusan orang dalam 17 tahun terakhir.