Menjauhi Sumber Masalah Bukan Solusi, Pahami Efek Jangka Panjang Memendam Amarah

Naga303 Mengekspresikan kemarahan bukanlah satu hal yang mudah bagi beberapa orang. Terkadang memendam dan menjauhi sumber masalah pun jadi alasan untuk menghindari keributan.

“Beberapa orang mengatakan lebih baik mengekspresikan, kalau selesai ya sudah. Tapi ada beberapa yang lebih baik memendam, tidak berani mengekspresikan rasa marahnya. Dua-duanya menurut saya juga tidak baik,” ujar Pendiri Spirit of Universal Life (SOUL) Bunda Arsaningsih pada Kamis, 16 September 2021.

Dalam live Instagram bersama  tersebut, Arsaningsih menjelaskan bahwa kebiasaan untuk memendam amarah sebenarnya dapat merusak dan menyumbat energi psikis manusia. Terlebih, kondisi hati juga dapat berpengaruh pada kesehatan fisik.

“Karena yang satu mendam, itu akan merusak. Membuat energi-energi psikis kemarahan itu terekam di aura dan menyumbat jalur-jalur energi kita. Biasanya orang yang pemarah itu akan menyerang proses levernya, empedu,” kata Arsaningsih.

Ketika sudah mengetahui efek jangka panjang yang berpotensi muncul, maka seharusnya kita pun akan berusaha untuk mengelola emosi tersebut agar tidak terpendam dan meledak di kemudian hari.

Tak hanya itu, lingkungan juga akan berpotensi menjadi tidak sehat apabila kita menjadi orang yang pemarah. Mengingat orang lain akan merasa sangat tidak nyaman untuk berdekatan dengan kita.

“Paling bijaksana itu bagaimana cara kita mencoba pahami bahwa saya nih lagi marah dan kenapa harus marah. Kalau kita sudah tahu kalau marah itu membuat organ lever saya bermasalah, organ empedu saya bermasalah,”

“Kemudian tumpukan psikis atau stres juga akan membuat daya tahan saya turun. Tentu kita akan berupaya untuk membersihkan energi-energi kemarahan ini di dalam diri kita,” ujar Arsaningsih.

Identifikasi diri dan sumber masalah

Arsaningsih mengungkapkan bahwa dari kemarahan-kemarahan yang ada, penting untuk mengidentifikasi diri kita sendiri. Cobalah untuk melihat lebih dalam pada diri sendiri sebelum mengupayakan untuk menyelesaikan masalah yang ada.

“Diri kita coba lihat kedalam. Kalau saya terus marah, saya akan bermasalah. Bermasalah dengan keluarga, dengan orang-orang di sekeliling kita. Bermasalah juga dengan fisik kita tadi sakit,” ujar Arsaningsih.

Seusai mengidentifikasi diri, tahap selanjutnya yang bisa dilakukan ialah mencari sumber dari permasalahan yang ada. Biasanya, kemarahan yang muncul itu berkaitan dengan orang lain. Lingkungan juga jadi salah satu faktor pemicu munculnya kemarahan.

“Kita harus mengamati lagi, kenapa ya? Yang salah siapa ya? Kita harus melihat sumbernya. Kebanyakan orang yang pemarah biasanya mereka tidak puas akan dirinya sendiri,”

“Jadi kurang ini, kurang itu, harus begini, harus begitu. Permasalah sebenarnya di dalam diri, bukan pada orang lain,” ujar Arsaningsih

Infografis